Siang ini hujan deras.. kilat dan guntur
berlomba-lomba menyapa bumi. Mulutku tak berhenti meminta pada-Nya,
"Allah, alihkan hujannya ke tempat lain. Hari ini aku nyuci sprei..
Kalau basah aku tidurnya bagaimana?"
Seketika aku rindu rumah.
Biasanya aku malas mengambil jemuran. Berbeda dengan Ibu yang siap siaga
ba'da dzuhur membereskan jemuran yang telah kering.
Caput, teman baruku yang cantik itu bertanya, "Kenapa, Zi?" Melihat
mulutku seperti sedang berbisik mungkin membuatnya penasaran.
"Aku nyuci sprei, Put. Kalau hujan, alamat basah spreiku." Aku tak berhenti berharap Allah akan memberi solusi.
"Pakai selimut saja," jawabnya. Masya Allah, kalau bukan karena Ibuku,
mungkin aku ke Jakarta tidak membawa selimut. Aku ingat benar, dua
selimut sengaja Ibu bawa ke jasa laundry agar aku bisa memilih salah
satunya untuk kubawa. Padahal keluarga kami biasa mencuci sendiri.
Sepulang kerja, sebelum membuka pintu kamar, aku cek jemuranku. Allahu
Akbar! Cucianku tidak basah, hanya lembab di beberapa bagian. Allah
telah hadirkan angin agar hujan condong ke Selatan. Lalu, nikmat Tuhanmu
yang mana yang kau dustakan?
Bu, terima kasih ya.. Barangkali
ada doa Ibu agar Allah memberi penjagaan siang dan malam padaku. Betapa
romantisnya Tuhan kita ini, ya, Bu.
"Maka ingatlah kepada-Ku,
maka Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah
kamu ingkar kepada-Ku. Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah
pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sungguh, Allah
beserta orang-orang yang sabar." (Al-Baqarah: 152-153)
0 Comments
_Thank you for reading. What do you think about the article above?